advertisement
Oleh: Al Jupri
“Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku. Di sanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku…,” begitu seterusnya lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan oleh siswa-siswi SMP pada saat upacara bendera hari Senin yang lalu di sekolah Tom. Tom yang waktu itu kelas 3 SMP sangat bersemangat bila menyanyikan lagu ini.
Setelah pembacaan teks Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, kemudian kepala sekolah– yang bertindak selaku pembina upacara–memberikan amanatnya.
“Anak-anak yang bapak cintai, sebentar lagi kita akan memperingati hari kemerdekaan negara kita tanggal 17 Agustus nanti. Karena itu, sudah selayaknya kita mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah gugur berjuang untuk meraih kemerdekaan yang sekarang kita rasakan ini….”
Begitu sedikit petikan amanat sang kepala sekolah di depan siswa-siswanya.
Karena kebetulan sang kepala sekolah adalah seorang mantan guru sejarah, beliau pun dengan “fasih” bercerita tentang peristiwa seputar detik-detik proklamasi 17 Agustus 1945. Mulai dari menyerahnya Jepang ke tangan sekutu setelah Hiroshima dan Nagasaki di jatuhi Bom Atom tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, hingga peristiwa Rengasdengklok 16 Agustus 1945 yang disusul dengan peristiwa penyusunan teks proklamasi oleh tokoh-tokoh bangsa kita. Semuanya diceritakan dengan begitu menggebu olehnya. Dan tentunya ia bercerita dengan penuh semangat peristiwa paling bersejarah, 17 Agustus 1945, yang terjadi di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, tempat dibacakannya teks proklamasi pertama kali, tempat pertama kalinya Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada dunia.
Mendengar kepala sekolah bercerita dengan begitu berapi-apinya, Tom pun merasakan semangat perjuangan yang dulu dilakukan oleh para pahlawan negeri kita. Amanat upacara yang biasanya tak begitu didengar, kali ini benar-benar disimak dengan seksama olehnya.
“Oleh karena itu anak-anak, sebagai bentuk upaya memperingati hari kemerdekaan kita, bapak telah menugaskan bagian kesiswaan untuk membentuk panitia lomba penulisan artikel seputar kemerdekaan kita. Jadi, kalian semua bapak harap dan anjurkan untuk membuat sebuah artikel tentang kemerdekaan negeri kita. Masalah teknisnya nanti pihak kesiswaan akan memberi pengumuman lanjutan.” Begitulah akhir amanat pak kepala sekolah di depan siswa-siswanya.
Setelah upacara beres, bagian kesiswaaan mengumumkan perihal lomba penulisan artikel kemerdekaan tersebut. Pengumuman tertulisnya tertempel di mading* sekolah.
Bersama teman-temannya, Tom pun datang ke tempat pengumuman untuk mencatat aturan-aturan penulisan artikel.
Di kelas, suasana cukup ramai membicarakan rencana artikel yang akan dibuat. Karena ini lomba perseorangan, mereka punya ide sendiri-sendiri. Teman sebangku Tom, Jerry misalnya, rencananya akan menulis tentang “Rengasdengklok dan Kemerdekaan Indonesia”. Teman lain yang duduknya agak berdekatan dengan Tom katanya akan menulis tentang “Bom atom, Hiroshima, Nagasaki, dan kemerdekaan Indonesia”. Ada juga yang akan menulis perihal hak asasi kemanusiaan dan kemerdekaan suatu bangsa.
Sementara itu Tom masih bingung, belum ada ide sementara itu.
Kelas pun dimulai, pelajaran pertama tentang bahasa Indonesia kemudian ekonomi, setelah itu istirahat. Dan dua pelajaran terakhir adalah pelajaran PPKN, dan Geografi.
Usai pelajaran sekitar jam 13.30 WIB, Tom masih juga belum mempunyai ide. Ia pun segera ke Mushola untuk sholat Dhuhur. Selepas Dhuhur ia masih juga belum punya ide. Ia tak segera pulang, termenung memikirkan artikel apa yang akan ia buat. Sekitar 40 menitan ia berpikir, akhirnya ia menemukan ide.
Tom menemui penjaga sekolah yang tinggal di lingkungan sekolah, ia meminjam meteran dan juga sebatang tongkat bambu seukuran 80 cm. Waktu itu menjelang Ashar, Tom sibuk ukur-mengukur sesuatu di lapangan upacara sekolah. Setelah beres ia pun mengembalikan pinjaman barang-barang tadi, sholat Ashar dan kemudian pulang.
Gambar 1**
Di rumah, setelah makan dan istirahat sejenak, Tom segera menggambar sesuatu hasil kegiatan ukur-mengukur tadi. Hasil gambarnya seperti tampak pada Gambar 1 di atas.
Gambar tersebut sebagai salah satu isi artikel yang akan ia buat. Tom terinspirasi oleh beberapa film sejarah kepahlawanan yang pernah ia tonton. Ini pun didukung oleh fakta sejarah, bahwa para pejuang kita berani mati memanjat tiang bendera untuk merobek warna biru bendera penjajah Belanda agar menjadi warna merah-putih bendera negeri kita, ketika dalam upaya mempertahankan kemerdekaan.
Dalam film yang ditontonnya tersebut, ia melihat adanya seorang pejuang yang ditembak karena berani memanjat tiang bendera untuk merobek bagian bendera yang tak perlu. Atas inspirasi film dan sejarah itulah ia mendapat ide untuk artikel yang akan dikarangnya.
Setelah menggambar, Tom segera menuliskan idenya dalam beberapa carik kertas. Artikel yang dibuatnya adalah artikel fiksi yang merupakan kombinasi antara fakta sejarah, film, dan matematika. Entah bagaimana caranya, si Tom pun berhasil membuat sebuah artikel yang menarik. Judul artikelnya, “Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia dengan Matematika”.
Pemecahan dari permasalahan yang digambar pada Gambar 1 itu, yang terdapat dalam artikel karangan Tom, seperti berikut ini.
Dengan menggunakan sifat kesebangunan segitiga, maka diperolehlah perbandingan seperti berikut.
\frac{t}{9 meter} = \frac{80 cm}{120 cm}
t = \frac{80 cm}{120 cm} \times 900 cm
t = 600 cm = 6 meter
Jadi, tinggi tiang bendera diukur dari tanah adalah t = 6 meter.
Esok hari, Tom segera menyerahkan artikel karangannya ke bagian kesiswaan. Sekarang tinggal menunggu saja pemenang lomba menulis artikel tersebut.
======================================================
Ya sudah segitu saja ceritanya, sampai jumpa di tulisan berikutnya. Dan mudah-mudahan bermanfaat. Amin. Merdeka!!! :D
Catatan:
*mading = majalah dinding
**Klik gambar untuk memperjelas tampilan.
“Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku. Di sanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku…,” begitu seterusnya lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan oleh siswa-siswi SMP pada saat upacara bendera hari Senin yang lalu di sekolah Tom. Tom yang waktu itu kelas 3 SMP sangat bersemangat bila menyanyikan lagu ini.
Setelah pembacaan teks Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, kemudian kepala sekolah– yang bertindak selaku pembina upacara–memberikan amanatnya.
“Anak-anak yang bapak cintai, sebentar lagi kita akan memperingati hari kemerdekaan negara kita tanggal 17 Agustus nanti. Karena itu, sudah selayaknya kita mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah gugur berjuang untuk meraih kemerdekaan yang sekarang kita rasakan ini….”
Begitu sedikit petikan amanat sang kepala sekolah di depan siswa-siswanya.
Karena kebetulan sang kepala sekolah adalah seorang mantan guru sejarah, beliau pun dengan “fasih” bercerita tentang peristiwa seputar detik-detik proklamasi 17 Agustus 1945. Mulai dari menyerahnya Jepang ke tangan sekutu setelah Hiroshima dan Nagasaki di jatuhi Bom Atom tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, hingga peristiwa Rengasdengklok 16 Agustus 1945 yang disusul dengan peristiwa penyusunan teks proklamasi oleh tokoh-tokoh bangsa kita. Semuanya diceritakan dengan begitu menggebu olehnya. Dan tentunya ia bercerita dengan penuh semangat peristiwa paling bersejarah, 17 Agustus 1945, yang terjadi di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, tempat dibacakannya teks proklamasi pertama kali, tempat pertama kalinya Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada dunia.
Mendengar kepala sekolah bercerita dengan begitu berapi-apinya, Tom pun merasakan semangat perjuangan yang dulu dilakukan oleh para pahlawan negeri kita. Amanat upacara yang biasanya tak begitu didengar, kali ini benar-benar disimak dengan seksama olehnya.
“Oleh karena itu anak-anak, sebagai bentuk upaya memperingati hari kemerdekaan kita, bapak telah menugaskan bagian kesiswaan untuk membentuk panitia lomba penulisan artikel seputar kemerdekaan kita. Jadi, kalian semua bapak harap dan anjurkan untuk membuat sebuah artikel tentang kemerdekaan negeri kita. Masalah teknisnya nanti pihak kesiswaan akan memberi pengumuman lanjutan.” Begitulah akhir amanat pak kepala sekolah di depan siswa-siswanya.
Setelah upacara beres, bagian kesiswaaan mengumumkan perihal lomba penulisan artikel kemerdekaan tersebut. Pengumuman tertulisnya tertempel di mading* sekolah.
Bersama teman-temannya, Tom pun datang ke tempat pengumuman untuk mencatat aturan-aturan penulisan artikel.
Di kelas, suasana cukup ramai membicarakan rencana artikel yang akan dibuat. Karena ini lomba perseorangan, mereka punya ide sendiri-sendiri. Teman sebangku Tom, Jerry misalnya, rencananya akan menulis tentang “Rengasdengklok dan Kemerdekaan Indonesia”. Teman lain yang duduknya agak berdekatan dengan Tom katanya akan menulis tentang “Bom atom, Hiroshima, Nagasaki, dan kemerdekaan Indonesia”. Ada juga yang akan menulis perihal hak asasi kemanusiaan dan kemerdekaan suatu bangsa.
Sementara itu Tom masih bingung, belum ada ide sementara itu.
Kelas pun dimulai, pelajaran pertama tentang bahasa Indonesia kemudian ekonomi, setelah itu istirahat. Dan dua pelajaran terakhir adalah pelajaran PPKN, dan Geografi.
Usai pelajaran sekitar jam 13.30 WIB, Tom masih juga belum mempunyai ide. Ia pun segera ke Mushola untuk sholat Dhuhur. Selepas Dhuhur ia masih juga belum punya ide. Ia tak segera pulang, termenung memikirkan artikel apa yang akan ia buat. Sekitar 40 menitan ia berpikir, akhirnya ia menemukan ide.
Tom menemui penjaga sekolah yang tinggal di lingkungan sekolah, ia meminjam meteran dan juga sebatang tongkat bambu seukuran 80 cm. Waktu itu menjelang Ashar, Tom sibuk ukur-mengukur sesuatu di lapangan upacara sekolah. Setelah beres ia pun mengembalikan pinjaman barang-barang tadi, sholat Ashar dan kemudian pulang.
Gambar 1**
Di rumah, setelah makan dan istirahat sejenak, Tom segera menggambar sesuatu hasil kegiatan ukur-mengukur tadi. Hasil gambarnya seperti tampak pada Gambar 1 di atas.
Gambar tersebut sebagai salah satu isi artikel yang akan ia buat. Tom terinspirasi oleh beberapa film sejarah kepahlawanan yang pernah ia tonton. Ini pun didukung oleh fakta sejarah, bahwa para pejuang kita berani mati memanjat tiang bendera untuk merobek warna biru bendera penjajah Belanda agar menjadi warna merah-putih bendera negeri kita, ketika dalam upaya mempertahankan kemerdekaan.
Dalam film yang ditontonnya tersebut, ia melihat adanya seorang pejuang yang ditembak karena berani memanjat tiang bendera untuk merobek bagian bendera yang tak perlu. Atas inspirasi film dan sejarah itulah ia mendapat ide untuk artikel yang akan dikarangnya.
Setelah menggambar, Tom segera menuliskan idenya dalam beberapa carik kertas. Artikel yang dibuatnya adalah artikel fiksi yang merupakan kombinasi antara fakta sejarah, film, dan matematika. Entah bagaimana caranya, si Tom pun berhasil membuat sebuah artikel yang menarik. Judul artikelnya, “Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia dengan Matematika”.
Pemecahan dari permasalahan yang digambar pada Gambar 1 itu, yang terdapat dalam artikel karangan Tom, seperti berikut ini.
Dengan menggunakan sifat kesebangunan segitiga, maka diperolehlah perbandingan seperti berikut.
\frac{t}{9 meter} = \frac{80 cm}{120 cm}
t = \frac{80 cm}{120 cm} \times 900 cm
t = 600 cm = 6 meter
Jadi, tinggi tiang bendera diukur dari tanah adalah t = 6 meter.
Esok hari, Tom segera menyerahkan artikel karangannya ke bagian kesiswaan. Sekarang tinggal menunggu saja pemenang lomba menulis artikel tersebut.
======================================================
Ya sudah segitu saja ceritanya, sampai jumpa di tulisan berikutnya. Dan mudah-mudahan bermanfaat. Amin. Merdeka!!! :D
Catatan:
*mading = majalah dinding
**Klik gambar untuk memperjelas tampilan.
advertisement
Posting Komentar